Sabtu, 16 Oktober 2010

KELANA KOTA


Minggu, 10th November 2010.

Aku ingin melepas penat sejenak, keliling kota! Tidak special sih. Hanya untuk merefresh kembali memoriku yang biasanya kena penyakit “mendadak lupa” kumat.

Sebenarnya niat nya untuk latihan Ju Jitsu At my Ex University, Univ. Muhammadiyah. Tapi, Ealah, Gubrakh,.. Nobody was not there! Padahal kostumku sudah ju-jitsan bgt, jaket dan tas ransel tua, celana dogi putih yang gombrong, matching dengan sepatu karet putihku. Y awes lah, lumayan dapat senyum pak satpam yang manis.

Then I gone !, Aha, kebetulan aku ingat harus cetak foto, belok dulu ke digital photo. Alhamdulillah, dapat senyum lagi dari si mbak-mbak yang jaga, ramah-ramah. Sebenarnya bisa diambil 1 jam kemudian, but I don’t wanna waste my time to wait then I decide to continue my journey. Ke pasar. He he he,..

Males juga ke pasar, tapi kalau ke tempat ini gak males, “Used book store” hi hi hi, sebenarnya ada buku barunya juga, cuman aku paling seneng hunting buku-buku dari jaman sebelum aku lahir, yang kertasnya buram, dan menguning. Lebih terkesan artistic untuk dibaca atau dikoleksi, apa lagi dengan harga murah, National geographic Magazine, Reader digest Magazine dan komik serial cantik cuman Rp. 15.000!!!, hebat ya bapak nya bisa ngumpulin majalah-majalah kelas dunia ke bawah tangga sempit dipasar itu.

Ada juga buku-buku, novel-novel dari jaman kompeni dulu yang tebel-tebel, tapi kalau gak bisa bacanya, what for,.. jadi pengen belajar bahasa belanda “Hallo meneer, hoe gaat het?”. Seandainya aku bisa berbagai bahasa dari para pendatang atau penjajah itu, (belanda, Inggris, portugis, spanyol, jepang, Arab, India) とても すうきいいいい です!!!!betah baget aku disana, gak kerasa udah 1 jam! Waktu bayar tak lupa aku menunggingkan senyum termanisku (siapa tau dikasih diskon, he he he) Ealah, bapak nya gak ada mimic ramah sedikitpun, senyum dikit dong pak,.!!!

Disekitar situ, ada susu habbatus saudah yang paling enak, gak pedes, manis, yummy!! Kali pertama kesitu aku dengan bu dosen, tapi saking akrab nya sama beliau “wes ta lil, mbak wae,,” dan sejak saat itu aku panggil dia, Mbak rahma, the busiest woman I have ever known. Tapi kali ini aku pergi sendiri, Ajaibnya! Bapak itu masih inget sama aku, padahal aku baru satu kali kesitu, ditemenin ngobrol segala, ugh, baik nya,..

Bapak ini udah tua, tapi sisa-sisa ke-ganteng-an usia muda beliau masih bisa dilihat, hidungnya masih mancung, senyumnya juga masih manis. Lukisan sketch pensil masa muda beliau masih apik terpajang di dinding seperti pertama kali aku ke sana, nice picture sir..

Terima kasih untuk segelas susu ini. Huph, pelabuhan,,. Wait me..

Actually, I have never been there alone, there was always a buddy come along with me, but I am in my own journey,

Pelabuhan tak seindah kala senja, kalau sudah malam terasa horror kesana sendiri, para pria disana menunggingkan senyum padaku, tapi bukan senyum manis seperti orang-orang tadi, tapi seperti mau memakan kacang, ada yang bule, ada yang negro, ada yang pribumi, Emaaaaaaaaaaakkkkkkkk!!!! Help!!!

Wussssss,.... wuuusssssssssssssssssssssssss,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

aku laju kan sepeda ku tanpa stop. Takut barang kali ada yang nyolek aku dari belakang, di sekap di gudang kapal lalu dibawa ke negri antah berantah, dan imaginasi paling buruk yang pernah terlintas, JADI KORBAN Trafficking,.

Fiyuuh!!! Jadi inget cerita si MooMoo, Horor! Dari kelam nya pelabuhan, selintas aku menoleh ke gang remang-remang yang ditunjukkan moomoo dulu ke padaku, hatiku berdesir,, Audzubillah min syari dzalik!. Padahal pelabuhan ini dulu adalah pelabuhan kali pertamanya syeh maulana malik Ibrahim menginjakkan kaki di tanah jawa, dan lewat pelabuhan ini Islam berkembang pula di tanah jawa, huhu, miris nya,.. kota santri ku,.

Dari kelamnya kehidupan malam pelabuhan, aku menuju warung pojok temanku, fadriatul Jufriah. Tapi aku biasa memanggil nama belakang nya, Jupri, mirip nama bapaknya, ustadz jefri. hihihi,,. kedatanganku Hanya untuk bilang bahwa aku sudah dapat anak sekolah yang mau bekerja di warungnya itu,.

Ketika hendak pergi, mataku berbinar melihat seorang pemuda dengan baju koko putih, bersarung lengkap dengan kopyah menenteng kitap kuning. Tanpa ragu, aku ikuti ke mana pemuda itu menuju sumber ilmu?. Tapi gagal, langkahnya lebih besar dari kaki kecilku, dia lebih dulu masuk ke masjid sebelum aku sempat bertanya lebih, untungnya, ada pemuda lain di belakang yang sempat aku tanyai.

“Eh mas, ini ngaji apa ya?”

“ngaji tafseer mbak”

“owh? Ustadz nya siapa? Ustadz umar kah?”(klo ustd umar, boleh lah sekalian silaturrahim)

sayang nya dia menjawab “bukan mbak, imam masjid sendiri, ustadz Amin”

“owh, begitu”

Mas mas ini ternyata penasaran juga kenapa aku bertanya-tanya.

“kenapa mbak?”

“pengen ikut”jawab ku tak lupa menununggingkan senyum manis

“lho mbak, ini pengajian buat cowok doang,.”dia membalas senyum yang lebih lebar, o ow,.. I was so embarrassed !!

“Ealah, yauda mas, makasih ya,..”