Aku pernah bertanya kepada 2 abangku.
“Abang, jadi laki-laki itu, enak ya?”
Abang pertamaku tidak menjawab, dikiranya pertanyaan itu tidak penting!, mungkin dia mengira aku akan mengajaknya berdebat tengah malam, berfilsafat dari sesuatu kebinggunganku, dan hanya akan menemukan kebenaran yang nisbi. Aku sedih.
Abang keduaku, bilang “kalau adik tanya sama abang,pasti abang jawab enak, kitakan harus bersyukur dengan yang diberikan Allah”.
Lagi, aku harus kecewa kata “harus bersyukur” bila tanpa taffakuri hanya akan menjadi suatu perintah/dogma.
Bukanlah Allah menciptakan pria dan wanita itu sia-sia?
Tidak tiap pertanyaan itu perlu ditanyakan untuk di ketahui jawabanya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Waktu itu aku berumur kira-kira 12 tahun, katika seorang ibu dengan menggendong bayi memintaku untuk menggantarkanya ke ruang kepala sekolah. Tak tau urusan apa. Ibu itu memelas dihadapan kepala sekolah yang berwibawa itu. Sesekali aku ikut membantu, namun lidahku belum cukup fasih tentang pembicaraan orang dewasa.
Gusar ibu itu tak nyaman sepertinya memberi pengaruh pada bayi yang didekapnya. Ia menanggis minta ditetek. sang ibu sedikit acuh dengan menepuk-menepuk pantat si bayi. Aku mendenggus kesal dalam hati “Dasar bayi tak tau tempat!! masa’ disini minta diteteki”.
Tangis bayi itu semakin melengking,..
Akhirnya, sang ibu memenuhi kebutuhan anaknya.
Setelah agak besar aku mengenal teori psikoanalisa, Sigmund Freud. aku tak percaya kalau si bayi yang menetek itu sedang memenuhi kebutuhan seksualnya atau pelarian diri , escapism. karena mendapatkan impuls ketidaknyamanan dari ibu.
Dan aku tau, kenapa bapak kepala sekolah tidak menundukkan kepalanya, karena ia menyelamatkan kehormatan sang ibu dan dirinya, ghudhul bashor
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam bukunya, Dr.Zakir Naik mengatakan bahwa wanita dan pria itu berbeda baik secara fisik atau psikis, apalagi dalam perkembanganya menuju jasmani yang dewasa, pria dan wanita itu berbeda.
Dan orang yang menurutku tidak peka terhadap perbedaan fisik kami adalah para guru olahraga yang masih menyuruh kami lari ketika kontraksi menstruasi terjadi. Para anak laki-laki yang mengejek rembesan darah haid di rok kami. Adakah mereka sadar, bahwa saat itu kami mengalami emosi yang labil. Sehingga ejekan mereka mungkin masih terasa meskipun sudah bertahun-tahun.
Aku pernah berfikir,..
Ketika terjadi invasi militer Israel ke Palestina dimana tidak ada sarana kebersihan, pakaian bersih, air, makanan, yang paling menderita pastilah wanita! Apalagi mereka yang mengalami menstuasi, pasti merasa tidak nyaman.
Adakah dari sekia
n bantuan itu khusus perlengkapan wanita, pakaian dalam, pembalut yang mereka butuhkan???
Aku hampir saja menyumbang pembalut dan pakaian dalam kalau tidak takut dituduh menghina, melecehkan atau menambah kesusahan mereka.
Adakah para mujahid itu perduli keada keadaan wanita? Atau wanitanya sendiri tidak terlalu perduli dengan dirinya dan terlalu mementingkan negerinya, sanak saudaranya, anak atau suami mereka yang terbunuh. Meratap nasib sendiri ditengah kerusakan yang terjadi.
“Dan sang lelaki melaksanakan tugas seorang laki-laki sejati, melindungi negara, agama dan para wanitanya. kalau berperang dan menegakkan syariat agama adalalah perlindungan bagi negara dan agama, maka berpoligami adalah cara melindungi wanitanya." itulah yang dijelaskan oleh sahabatku.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
9-11 september,Gor Sidoarjo, pertandingan pertamaku.
Pada babak penyisihan, aku berhasil menggalahkan lawanku, seorang gadis manis berkerudung putih. Aku tidak tahu apakah kekalahan yang melukai hatinya atau pukulan dan tendanganku yang membuatnya menangis.
Dengan menggumpulkan keberanian, aku menghampirinya yang sedang tersedu disamping seorang wanita yang mungkin pelatih atau ibunya. Ketika aku menggulurkan tangan, dia menolak
Oh tuhan, maafkan aku yang tak bermaksud menyakitinya,..
Aku gagal dalam perebutan juara III
Lawanku waktu itu adalah seorang mahasiswi, seperti orang cina, putih, sipit, terlihat tua dan menyeramkan! Aku masih ingat betul namanya, yenny, mahasiswi Ubaya.
Jujur, aku sudah takut sebelum fight,.
Hasilnya,..
Tulang kering ku bengkak, dada dan tenggorokanku jadi sasaran pukulannya, Sakit! Jilbabku Rusak,
Dan tiap pertandinganku berikutnya, aku harus siap kalau jilbabku tertanggalkan.
Waktu itu aku tak ingin menanggis. Tapi itu sungguh sakit. My tears was melting
Disitu benar kata teman-temanku, bahwa pelatih kami paling sayang padaku. Dia menggajakku jalan-jalan dan membesarkan hatiku bahwa kemenangan bukanlah tujuan mutlak. Tapi sungguh. bukan itu yang kutangisi atau mungkin gadis yang menangis tadi. Tapi siksaan fisik, dada dan tenggorokanku dipukul sampai sulit bernafas. Tapi waktu itu aku terlalu malu untuk menggatakannya.
Aku berpikir, bahwa betapa wasit itu tidak adil. jika laki-laki yang memukul kemaluan lawannya bisa langsung diberi warning atau didiskualifikasi. tapi anak putri? jangankan Body protector untuk melindungi tubuh. berkata "dadaku sakit" kami malu
5 tahun kemudian, aku menjalani ujian untuk kyu II ku. jujur aku bangga. diantara teman perempuan seangkatanku, sejauh ini, aku mampu bertahan. meski aku juga merasa, materiku payah
dari beberapa Dojo yang mengirimkan perwakilannya. ternyata yang putri hanya 7 orang, termasuk aku. kami dikumpulkan terpisah dari anak laki-laki dan diberi materi khusus "Beladiri wanita", yang ku tangkap dari pelatih DAN II itu adalah, bahwa bukan dengan kekuatan seorang wanita mampu mengalahkan pria, karena wanita logikanya pasti kalah. tapi dengan cara lain, lebih anggun, tanpa keringat! dan tanpa harus menunjukkan sikap komite yang paling keren sekalipun!.
Aku tafakkuri berkali-kali kata pelatih itu. Subhanallah, bukan dari penggajian masjid atau majlis "mauidhah hasanah" ini kudapatkan. Tapi dilapangan berumput kering, bibawah langit gerimis dengan keadaan kotor setelah masuk dan Rolling di selokan surabaya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
kadang, bila keadaan membedakan eksistensiku sebagai manusia karena aku wanita, justru para prialah yang memuliakan aku karena menjadi seorang wanita. Feminisme, bagiku adalah paham agar wanita tidak manja! dan selalu merasa mereka lemah. wanita bukanlah komoditas barang yang laku untuk dikawinkan saja. melainkan adalah guru bagi satu generasi,. "Ibu bagaikan madrasah/ sekolah pertama"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar