Semoga dengan aksara
Walau sekejap
Dapatkan bahagia
Walau dalam rahasia
By: Nur Lailatur Rofiah
Berbahagialah wahai saudariku,..
Karena Allah menjadikan mu’minah kelak di surga lebih cantik dan mulia dari bidadari.
Perempuan beriman ibarat ratu yang berkuasa, sedangkan bidadari adalah pelayan yang taat pada tuannya. Karena tidak mungkin sama kedudukannya, orang yang melakukan mujahadah dan bersusah payah di dunia, dengan bidadari yang di ciptakan khusus untuk di surga tanpa mujahadah, bersusah payah, musibah serta cobaan.
Bidadari, seperti apakah mereka?
Mereka seperti bintang gemerlapan, yang mengalir di tubuhnya darah remaja. Pipinya merah seperti bunga mawar dan buah apel, giginya bagai mutiara tersusun, kulitnya lembut mulus. Kecantikannya seperti matahari yang mengelilinginya. Senyumnya mengeluarkan cahaya. Sumsumnya dapat terlihat dibalik dagingnya, dan kemulusan wajahnya laksana cermin. Pabila berbicara dengannya seperti pembicaraan dua kekasih (mesra-lembut).
Apabila mereka turun ke dunia?
Dunia akan menjadi harum. Seluruh makhluk akan mengumandangkan tahlil, takbir dan tasbih atas kecantikan dan kesempurnaannya.
Bagaimana rupamu wahai saudariku?
Tentu jauh lebih mulia darinya..
Laila mengakhiri forum diskusi “wanita shalihah” dengan sebuah conclusion yang indah. Membuat semua yang hadir berdecak kagum. Tak terkecuali bytea, sahabatnya.
Masjid Baiturrahman, Universitas Samudra Biru.
Laila melangkahkan kaki keluar untuk pulang. Sore yang cerah, angin sepoi-sepoi dari areal persawahan memainkan kerudung laila nakal.
Burung grifin yang bertenger di lapangan mendadak terbang. Terganggu lari seorang pemuda.
“ukhti..!”. seru endra, pemuda itu.
“ada apa akh?”. Laila memperhatikan peluh sebesar jagung di dahi ikhwan yang terkenal disebut “Abu hurairah“ oleh teman-temannya, Lucu.
Aneh, padahal ikhwan satu ini sangat pendiam, jarang memulai pembicaraan, introvert. Dan sekarang ia berlari dari masjid mengejar laila, pantas peluhnya sebesar biji jagung.
Laila tersenyum
“maaf ukh, pena ukhti tertingga!” ujar endra sambil mengatur nafas. “tadi ukhti saya panggil-panggil tapi, sepertinya tidak kedengaran.” Endra memamerkan gigi putihnya.
Gubrakh..
Laila nyengir kuda, ketahuan budeknya.
“maaf, tadi…” kalimat laila menggantung. “ngelamun ya..” sahut endra menggoda. Mereka tertawa lirih.
“terima kasih.” Laila melanjutkan perjalanannya. Dan meninggalkan Endra.
Hendra Yudi Saputra, Endra. Siapa yang tidak tahu ikhwan ini. Aktifis LSM, BEM, Rohis. Abu hurairah, mereka menyebut pria kurus ini. Karena banyak hadist nabi yang di hafalnya seperti sahabat nabi itu. Namun ikhwan ini selalu berkata mengutip syair Ahmad nashib al mahamid.
“Aku mencari hadist
Bukan untuk mencari popularitas kealiman
Atau menghimpun yang lama dan yang baru.
Akan tetapi, jika sang pencinta kehilangan
Jejak kasihnya yang di rindu, maka
Mendengarkan kata-katanya pun cukuplah.”
Semua orang terheran sebagian ada yang tertawa, ketika setahun yang lalu ikhwan matematika ini memutuskan membuka usaha bakso. Yang semua temannya tau ikhwan ini tidak menyukai bakso apa lagi korelasi dengan study majo-r nya. Aneh. Tapi akhirnya dia berhasil membuktikan dengan kerja kerasnya. Mandiri.
“Tapi, kenapa dia mau repot-repot lari hanya untuk sekedar pena?. Baik sekali.” Pikir laila. Ia memandangi pena yang di genggamnya.”pinter lagi! Akh endra kan sering jadi pembicara di majlis. Dia juga tahu namaku.”
“Laila stop thinking about him!.” Laila menghembuskan nafas dan menandungkan sholawat dalam hati.
Allahumma sholli ala muhammad…
Di dalam kamar kosnya, laila menerawang langit-langit dengan mata terbuka. Padahal lampu sudah dimatikan. Pikirannya menggawang tentang si Abu hurairah yang bersahaja itu.
“robbi, apakah aku telah jatuh cinta pada makhluk mu yang bernama endra, tolong aku ya robb..teguh kan aku!.”
Laila merapatkan matanya dan menggulang-ulang dzikir mencoba tidur. Tapi tidak bisa. Ia telah jatuh cinta pada pemuda itu hanya kerena endra menggembalikan penanya. Semudah itu kah?
Laila terjaga sampai waktu subuh. Padahal esok adalah hari yang sangat padat!. Kuliah, bedah buku di IRF,islamic research foundation . Dan selepas magrib laila harus menggajar bahasa inggris privat di mungin cede sampai isya’.
Laila tak tau apakah dia harus senang atau sedih dengan perasaan ini. Jika seorang anak manusia telah jatuh cinta, semuanya terasa berbeda. Langkahnya ragu memasuki ruang IRF. Padahal diskusi kali ini pasti menarik. Poligami, hal yang paling menakutkan bagi kebanyakan wanita. Dari buku Dr. Zakir Abdul Karim naik, ulama besar india kelahiran jakarta. Pembicaraya Endra, pemuda itu.
Laila menetapkan diri memasuki ruangan itu. Beberapa akhwat dan ikhwan telah duduk melingkar disana, termasuk endra.
“Assalamualaikum..” laila beruluk salam dan tersenyum kepada sesama akhwat dan di jawab oleh semua yang hadir.
Tidak banyak yang ikut di kegiatan semacam ini. Para mahasiswa biasanya lebih tertarik dengan kegiatan olah raga, petualangan, atau berbagai demonstrasi yang sok jadi aktivis. Padahal kebanyakan, pasti ada dalang disetiap demonstrasi, uang dan kekuasaan. Dan kebanyakan retrorika mereka kosong yang hanya membakar api amarah para demonstran yang sedang panas dan cara demo mereka norak!. Laila teringat dirinya sendiri dua tahun yang lalu sebelum bertemu bytea yang kini menjadi sahabatnya.
Now coming to the original question, why is a man allowed to have more than
one wife?
The Qur’an is the only religious scripture in the world that says,“marry only one”. Qur’an permits limited polygyny. The context of this phrase is the following verse from Surah Nisa of the Glorious Qur’an
“Marry women of your choice, two, or three, or four; but if ye fear that ye shall not be able to deal justly (with them), then only one.”[Al-Qur’an 4:3]”
Hanya sayup-sayup perdebatan itu terdengar di telinga Laila.
“Laila, kenapa kamu kelihatan pucat ukh?”. Tanya bytea, gadis bali yang manis itu cemas. “tidak ukh, mungkin agak kurang enak body.” Kilah laila sambil menggerlingkan mata kearah gadis itu.
“Dasar! laila majnun!.” Disambut tawa lirih kedua akhwat itu. Dan tidak ada rasa khawatir lagi pada bytea tentang laila.
Islam has five categories of Do’s and Don’ts
Polygyny falls in the middle category of things that are permissible. It cannot be
said that a Muslim who has two, three or four wives is a better Muslim as compared to a Muslim who has only one wife.
Laila menyembunyikan perasaannya dalam, jauh di dalam relung hatinya. Laila hanya diam, menunduk sibuk dengan catatan-catatanya ketika para peserta adu argumen.
“Average life span of females is more than that of males A female child has more immunity than a male child.”
“World female population is more than male population”
“Restricting each and every man to have only one wife is not Practical”
“Marring a married man preferable to becoming 'public property'”
Para peserta forum menggeluarkan beberapa alasan diperbolehkannya Poliginy yang terdapat di buku Dr. Zakir Abdul Karim naik itu
Laila sudah tak mampu berbicara. Wajahnya pucat dan peluhnya beberapa kali diusap dengan sapu tangan birunya.
“Then why does Islam prohibit a woman from having more than one husband?”
Seorang gadis berbusana modis menyatakan keheranannya. Petanyaan yang sungguh wajar dizaman sekarang ini ketika the same ‘right’ to women sedang digembor-gemborkan. Dari soal pendidikan, pekerjaan, politik tapi poliandry?
“Let me first state emphatically”, kata endra “Allah has created men and women as equal, but with different capabilities and different responsibilities. Men and women are different, physiologically and psychologically. Their roles and responsibilities are different.
Men and women are equal in Islam, but not identical.” Lanjutnya.
Beberapa partisipan juga ikut membenarkan. Dengan banyak menggutip tulisan Dr. Zakir Abdul Karim naik.
“If a man has more than one wife, the parents of the children born of such
marriages can easily be identified. The father as well as the mother can easily be identified”
“Man is more polygamous by nature as compared to a woman.” Sahut seorang pemuda terus terang. Membuat sebagaian jamaah putri riuh. Mau tak mau mambuat laila tersenyum.
“Biologically, A woman undergoes several psychological and behavioral changes due to different phases of the menstrual cycle.”
“A woman, has a high chance of acquiring venereal or sexually transmitted diseases which can also be transmitted back to her husband”.
“There are probably many more reasons why Allah, in His Infinite Wisdom, has prohibited polyandry.” Endra mengakhiri
“Baiklah teman-teman, terimakasih untuk diskusinya kali ini. Subhanallah. Forum yang hebat, dan insyaallah semoga bermanfaat bagi kita,Amin. Tapi, kalau mengenai perasaan, emosional apalagi pada wanita. Maaf, saya kurang tahu. Allahu’alam”. Endra tersenyum.
“Lalu apakah akhi Endra juga ingin melakukan Poliginy ”. sahut Izzate, muslimah kritis yang dikenal Laila baik.
Endra menghembuskan nafasnya pelan.
“Sayapun ingin berpuas diri dengan satu wanita mu’minah yang kelak menjadi bidadari saya di surga. Seperti kata ukhti laila minggu lalu. Insyaallah amin.”
Rasanya aliran darah laila terhenti dan kembali mengalir deras menghangatkan tubuh lalu terhenti di wajahnya. Sehingga pipi laila bersemu merah ketiha endra menyebut namanya.
“Laila, kamu sakit?.” Bytea kembali mencemaskannya setelah melihat perubahan sahabatnya itu. “Tadi kamu pucat kedinginan. Dan sekarang, kenapa badan mu panas?.” Gadis itu meraba pipi laila. “kamu demam?.”
Laila tersenyum.
“tidak ukhti..” laila mencubit hidung bytea lembut. Ia tidak ingin sahabatnya itu mengkhawatirkan dirinya. “tadi kedinginan, tapi kok mendadak kepanasan ya..” ujarnya sambil menggibaskan kerudung putihnya.”aku mau beli jus, kamu mau ikut?”
“tidak, aku tunggu kamu di masjid ya..”
“ok!, nanti kita pulang sama-sama lepas salat magrib.”
Laila menikmati jus guava kesukaannya seorang diri. Ditemani angin senja yang menerbangkan daun-daun kering dari pohonnya. Awan putih berganti mega merah dari ufuk barat, memberi nuansa indah pada pucuk-pucuk padi.
“subhanallah, indahnya..” guman laila.
“assalamualaikum, ukhti sendirian?”
“Allah!!.” Laila terperanjat kaget di tengah lamunannya. Pemuda ini, kenapa ya allah, engkau dekatkan aku denganya ketika aku berusaha mengatur hatiku?.. robbi laa tuakhidzni.. desah laila.
“kenapa ukhti? Apa saya membuat ukhti laila kaget?.”
Plass.. wajah laila tertampar angin lamunnya lembut.
“ukhti bahkan belum menjawab salam saya”
“Owh,. Waalaikum salam.” Laila tersenyum jaim.
“ukhti melamun lagi ya,” goda endra. “apa ukhti sakit?. Tidak biasanya ukhti diam diam di forum.”
“Owh, tidak. Itu Cuma kepanasan makanya saya beli jus disini.” Kilah laila.
Bodoh!. Kepanasan?! Siapa percaya?
Endra tersenyum.
“ternyata ukhti merasa seperti itu juga ya?. Kok bisa sama ya?, saya juga. Padahal angin diluar sepoi-sepoi.”
Fiyuuh..laila bernafas lega. Tapi memandang aneh pada endra sejenak.
“Ukhti sendirian?” tanya endra memecah kebisuan.
“Iya. Tadinya mau ngajak bytea tapi dia tidak mau.” Kalimat laila meluncur terburu.
“Ooo..” endra menganguk.
“Maaf, saya harus kemasjid. Bytea menunggu.” Sahutnya dibuat seringan mungkin.
“Kenapa tidak bareng saja. Saya sudah selesai. Kita juga menuju tempat yang sama. Lagian tidak baik seorang akhwat berjalan ditengah senja sepi begini.” Endra tersenyum. “banyak setan keluar ukh!..” goda endra.
Sok tau!
“Bukankah bila dua orang bukan mahram berkhalwat disuatu tempat, maka pihak ketika itu setan?.” Nadanya lembut membuai seperti angin senja di musim semi.
Endra tersenyum menunduk.
“Bidadaraku..” sahutnya dibuat seringan mungkin, untuk memencing reaksi laila.
“Maaf..” laila seperti gemetar.
“Mari kita ke masjid.” Endra mencairkan suasana.
Mereka berjalan beriringan bak sepasang kekasih menuju ke rumah tuhan.
Laila tidak suka ini. Tidak tahukah pemuda ini tentang isi hati laila? Kenapa ia ingin berjalan bersama laila? Kebaikannya? Hal itu hanya semakin menambah rasa cinta terhadap pemuda itu.
Kesempatan berdua, hanya membuat rindu untuk mengulang kembali, lagi dan lagi. Dan sampai yang di khawatirkan laila. Masing- masing mungkin, akan merasakan suatu kebersamaan dalam lingkaran yang tidak mereka ketahui. Bahwa lingkaran itu sebenarnya dapat menjerumuskan mereka. Ini jelas tidak sehat. Bukankah, lebih baik segera dihentikan sebelum semuanya terjadi?
Pacaran sesuatu yang dihindari laila. Karena itu mendekati zina. Tapi ketika ia benar-benar jatuh cinta dan kini berjalan berdua bak sepasang kekasih. Tidakkah ia juga berbunga-bunga?. Antara bahagia, dan malu dilihat Allah, maha mengetahui dan maha mulia.
Laila gundah.. beginikah jatuh cinta?
“Ukhti, bolehkah saya bertanya?.” Suara endra lembut menghentikan langkah laila.
“Ukhti, saya mencintaimu. Maukah kau menerima cintaku?”
Plass.. itu Cuma pikiran laila saja. Laila tersenyum.
“Iya, apa?.” Laila kembali menggayunkan kakinya.
“Bidadari, aku terkesan conclusion ukhti minggu kemarin sampai terbawa mimpi.” Endra tertawa lirih.
Laila tersenyum getir.
Andai saja aku bidadari yang allah ciptakan untukmu akhi…
“Dari mana ukhti mendapat conclusion yang indah itu?.” Puji endra. Laila menghentikan langkahnya.
“Akhi, dari pada menakuti kami bahwa penduduk neraka kebayakan wanita, yang seakan memang tercipta untuk kami. Lebih baik, memberi gambaran betapa mulianya kedudukan wanita mu’minah dari pada bidadari di surga sebagai imbalan atas mujahadahnya di dunia. ” jawab laila kritis.
Laila menghembuskan nafas pelan, namun jantungnya berdebar kencang tatkala mata mereka beradu.
“Dari buku. Best women in heaven. Neraka bukan untukmu saudariku, karya Dr mustafa murad.” Laila melangkahkan kakinya kembali.
“Subhanallah,..” endra masih terdiam ditempatnya. Laila meneruskan langkahnya sendirian.
“Aku mencintaimu ukhti!!. aku harap, kamulah bidadariku di surga nanti!.” Endra berkata lantang di belakang laila.
Seakan jus guava yang ditelannya berubah menjadi buah yang utuh kembali dan menyendat tenggorokan laila.
“Aku menunggu jawabanmu ukhti!.” Lanjutnya
“Maaf akhi, bytea sudah menunggu terlalu lama. Dan ini sudah hampir magrib.” Laila mempercepat langkahnya meninggalkan endra yang terdiam.
Laila memasuki halaman masjid yang sepi hanya ada beberapa orang dalam masjid itu sekedar mengobrol dengan temannya. Laila melihat sahabatnya itu sedang membaca alquran. Rupanya dia sedang memperbagus hafalanya ambil menunggu waktu shalat.
“Ah, bytea. Seandainya aku seperti engkau..” laila diam-diam iri dengannya. Merasa jauh tertinggal dengan sahabatnya itu.
Laila menghampirinya dengan nafas tersenggal-senggal
“Tea, ayo pulang sekarang!.” Laila mengatur nafas dan menggusap peluh di wajahnya.
“kenapa?.” Bytea menutup mushaf kecilnya, Lalu menciumnya. Ia memperhatikan laila sambil tersenyum heran. “ini hampir maghrib ukhti..”
“Kita jama’ah di rumah saja. Aku mendadak sakit!.” Kilah laila
“Hah?!. Mendadak sakit?.” Ujar bytea terheran dan melihat temannya semakin aneh. Namun tak dapat berbuat apa-apa ketika laila menarik tangannya. Bahkan tak memperdulikan endra ketika melihat mereka di gerbang masjid dengan tersenyum heran.
“Habis shalat , sebaiknya ukhti istirahat saja. Tidak usah ke mungin cede, biar aku yang menghubungi kalau ukhti tidak bisa kesana.” Saran bytea.
“Terima kasih, jazakillahi khoiron ukhti.” laila tersenyum.
Lepas magrib, laila tertidur nyenyak. Dalam mimpinya, ia duduk di taman dengan bytea sedang endra menunggunya di sebrang.
Bytea membacakan surat An nur : 30 kepada laila
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
“Tapi tea, kita saling mencintai…” tangis laila dalam mimpi.
“Bukankah Allah berjanji, bahwa wanita-wanita yang baik adalah untuk para laki-laki yang baik. Innallaha laa tukhliful mi’ad, ukhti..”
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak menggetahui. (QS. Al Baqarah : 216)”.
Kedua sahabat itu saling berpelukan. Dan endra mendekat.
Laila terbangun dalam mimpi, sudah pukul tiga. Ia mendirikan shalat isya lalu di lanjutkan qiyamul lail dan terjaga sampai subuh. Ia bersimpuh kepada sang robbul izzati memohon ampun.
“Ya allah, teguhkanlah hatiku. Berikanlah cintamu yang maha indah dan aku berlindung dari tipu daya setan yang terkutuk.”
Endra mencari laila di kelasnya tapi tidak ketemu. Akhirnya ia menanyakan kepada bytea.
“Laila sakit dari kemarin akh.” Katanya
Endra merasa bersalah.
“bolehkah saya titip surat pada laila, ukh?. Ada sesuatu yang harus saya sampaikan.” Pinta endra.
“Iya.” Angguk bytea tanda setuju.
Endra menyerahkan amplop warna biru kesukaan laila, lambang harapan dan kedamaian. Dari tas ransel besarnya.
“Terima kasih.” Sambil berlalu meninggalkan bytea.
Sore yang cerah ketika bytea menyerahkan surat dari endra.
“Cie..cie… ada yang dapat surat cinta nih!” goda bytea sambil mencium wangi surat biru muda itu. Laila menyiritkan dahi, heran.
“Nih, dari akh endra!.” Bytea mengulurkan surat itu pada laila.
“Apa kamu percaya, seorang endra menulis surat cinta pada seorang laila?!. Apa dia
tidak malu di panggil majnun?.” Laila tersenyum membela diri.
“Who knows sister ?!. Everything can be happen if you fall in love.” Bytea mulai berpuitis dan meninggalkan laila.
Laila membuka surat itu dengan perasaan bercampur, excited.
Assalamu’alaikum..
Bismillah.
Saya hanya ingin memberi tahu pada ukhti bahwa Allah telah menanamkan cinta dihatiku pada mu. Dan perasaan itu telah berkembang sejak 3 tahun yang lalu
Dan hatiku yang Cuma satu tidak kuat menampung cintaku yang besar pada mu. Maukah ukhti menerimanya?
Ukhti, semoga engkau adalah bidadariku di dunia dan ratuku di akhirat yang diciptakan allah hanya untuk ku.
Semoga allah senantiasa meelindungi dan merahmatimu, laila.
Endra
Laila merasa kalau semua orang berbohong tentang indahnya cinta dan menbuat bahagia. Bahkan ibn hazm el andalusy
Laila memandang pena yang di kembalikan endra. Dan mencoba membalas surat endra.
Cakrawala menyembunyikan sang surya. Mega merah telah berganti malam dan bintang bertaburan bagai bidadari di angkasa.
Laila menggoyangkan penanya di atas kertas bersampul coklat, lambang keselarasan. Ia ingin berdamai dengan cintanya.
Assalamu’alaikum.
Bismillah
Semoga akhi selalu dalam rahmat dan lindungan Allah. Maha suci allah yang menciptakan cinta diantara kita.
Akhi, jiwa ini takut kepada Allah. Pemutus dunia (kematian) pasti datang. Semua kekasih tak akan dapat menemani orang yang dikasihinya. Semua berakhir ketika kedua tangan jenazah didekapkan.
Dan saya hanya mendekati cinta yang halal. Selama saya belum mampu, insyaallah saya akan bersabar.
Semoga Allah meneguhkan iman kita, Amin.
Laila.
Endra menggengam surat laila yang diberikan ahmad di kamarnya
“laila mencintaiku! Tapi dia tidak mau pacaran. Endra tertawa. “dasar gadis bodoh!. Siapa yang mau ngajak pacaran? GeeR!!”. Cinta picisan!.”
Endra bersimpuh, sujud syukur.
Baru kali ini orang yang di tolak cintanya sujud syukur. Endra tertawa dalam hati.
Bytea terkejut menerima surat berwarna merah yang diserahkan endra.
“akhi marah dengan laila?.” Tanya bytea. “kenapa suratnya berwarna merah?.” Selidiknya.
Endra tersenyum, maklum.
“tidak ukhti. Merah, adalah warna pancaran dinamika dan gairah hidup. Seperti saya sekarang!. Permisi..”
“Oooh..” jawab bytea yang masih terheran.
Laila tertawa lirih mendengar makna warna merah dari endra lewat sahabatnya itu. Ketika memberikannya.
Laila membuka surat itu di perpustakaan.
Assalamu’alaikum.
Bismillah.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, amin.
Ukhti, saya sudah menciritakan tentang ukhti pada keluarga 1 tahun yang lalu. Nampaknya mereka setuju.
Dan aku tidak menawarkan sebuah cinta picisan!
Kapan ukhti siap?
Insyaallah.
Aku akan segera mengkhitbahmu.
Endra
Laila tersenyum dan menyelipkan surat itu di antara buku Bytea S Azar-nya. Dan hendak kembali menuju kelas.
“assalamualaikum, ukhti sendirian?”
“Allah!!.” Laila terperanjat.
“Ukhti sering melamun ya?!.” Goda pemuda itu. “ukhti juga belum menjawab salamku.” Pemuda itu tersenyum malu.
“owh,. Waalaikum salam.” Laila tersenyum jaim. “dan akhi sering membuyarkan lamunanku.”
“Bagaimana ukhti. Jawaban suratku?. Balas Cepat ya..”
“Akhi shalat istikharah saja. Saya akan membicarakannya dengan orang tua. Maaf, saya harus kembali ke kelas.”
“yaah…” endra seperti kecewa. Laila tersenyum mengerti.
Mereka berpisah.
Laila menyyusuri lorong kampus menuju kelasnya di lantai dua, fakultas sastra. Sejenak ia menoleh ke halaman. Terlihat rumput, daun yang tergoyang usikan angin begitu pula kerudung besar laila. Burung-burung grifin kecil mengepakkan sayapnya terbang. Sesekali berkejaran dengan temannya.
Hatinya bertasbih.
Yusabbihu lahu fii samawati wal ardhi..
Dan tiap makhluk mempunyai berbagai cara sendiri untuk bertasbih pada Allah. Dengan cara yang tidak kita ketahui. Begitu pula laila, makhluk yang sedang berbunga-bunga karena cinta. Seperti burung-burung grifin itu. Seperti makhluk yang lain.
“Saya sudah istikharah ukhti.” Kata endra ketika mereka bertemu di ruang IRF sabtu sore itu.
“lalu…?!.” Laila penasaran.
Endra menjawab dengan tersenyum.
“saya juga sudah membicarakannya dengan keluarga!.” Kata laila tak mau kalah.
“lalu…?!.” Endra penasaran.
Laila balik menjawab dengan tersenyum.
Subhanallah…
Salah satu Kebahagiaan anak adam adalah istikharahnya kepada Allah dan ridha terhadap apa yang diberikan allah kepadanya. Dan salah satu kesengsaraannya adalah meninggalkan istikharahnya kepada Allah dan kebenciannya terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya.
Abstraksi
Alhamdulillah
Terima kasih untuk para inspiratorku,.
Cerpen ini hanya himne, yang ku kaitkan dengan rangkaian kehidupan ku dan beberapa buku.
Para inspiratorku:
Para penggarang buku, atas kecintaan ku pada buku kalian. Yang banyak membantu menggobati penyakit hati, menjadi teman di kala sendiri dan penghibur dikala susah.
My cyber brother, Endra ahmad aram www.endralip4.multiply.com teman ku dalam belajar, teman ku dalam diskusi, Terima kasih telah memperkenalkan ku pada IRF , Dr. Zakir Abdul Karim Naik. atas berbagai nasehat dan pengetahuanya. Dan juga tidak protes karena pinjam namanya malah membalasku dengan novel karyanya.
Hendra yudi saputra, teman SMA ku. Tutenk, teman tukar kertas binder dan debat dalam pelajaran bahasa indonesia. Temanku yang kadang jail dan sedikit unik, yang tidak suka namanya karena kurang islami (Abu hurairah). Apa kabar mu teman?
Dua Endra yang aku sayang,..
Bytea, gadis bali yang manis dan mempunyai ghirah islam yang kuat. Izzate, gadis kritis dan berpandangan luas dan terkadang sedikit apatis. Dua gadis sahabatku,
Bu Rahma dan mbak Tiyas, dosen ku dan sahabatnya. Yang sering menggajakku ke taman Petrokimia membeli jus guava. Mbak tiyas, dengan jubah dan jilbab panjangnya, membuatku haru saat memperbagus hafalannya ketika menggantri mukenah di masjid Petrokimia.
Mungkin, karya ini “Bukan Gue Banget” tapi pembuatanya berlangsung singkat dengan ide-ide yang datang, kadang membuatku tersenyum. Juga banyak kutipan (kalau namanya bukan plagiat) dari beberapa buku yang pernah ku baca. Yang lainnya hanyalah romansa melankolis.
Regard
Lilla.