Sabtu, 16 Oktober 2010

KELANA KOTA


Minggu, 10th November 2010.

Aku ingin melepas penat sejenak, keliling kota! Tidak special sih. Hanya untuk merefresh kembali memoriku yang biasanya kena penyakit “mendadak lupa” kumat.

Sebenarnya niat nya untuk latihan Ju Jitsu At my Ex University, Univ. Muhammadiyah. Tapi, Ealah, Gubrakh,.. Nobody was not there! Padahal kostumku sudah ju-jitsan bgt, jaket dan tas ransel tua, celana dogi putih yang gombrong, matching dengan sepatu karet putihku. Y awes lah, lumayan dapat senyum pak satpam yang manis.

Then I gone !, Aha, kebetulan aku ingat harus cetak foto, belok dulu ke digital photo. Alhamdulillah, dapat senyum lagi dari si mbak-mbak yang jaga, ramah-ramah. Sebenarnya bisa diambil 1 jam kemudian, but I don’t wanna waste my time to wait then I decide to continue my journey. Ke pasar. He he he,..

Males juga ke pasar, tapi kalau ke tempat ini gak males, “Used book store” hi hi hi, sebenarnya ada buku barunya juga, cuman aku paling seneng hunting buku-buku dari jaman sebelum aku lahir, yang kertasnya buram, dan menguning. Lebih terkesan artistic untuk dibaca atau dikoleksi, apa lagi dengan harga murah, National geographic Magazine, Reader digest Magazine dan komik serial cantik cuman Rp. 15.000!!!, hebat ya bapak nya bisa ngumpulin majalah-majalah kelas dunia ke bawah tangga sempit dipasar itu.

Ada juga buku-buku, novel-novel dari jaman kompeni dulu yang tebel-tebel, tapi kalau gak bisa bacanya, what for,.. jadi pengen belajar bahasa belanda “Hallo meneer, hoe gaat het?”. Seandainya aku bisa berbagai bahasa dari para pendatang atau penjajah itu, (belanda, Inggris, portugis, spanyol, jepang, Arab, India) とても すうきいいいい です!!!!betah baget aku disana, gak kerasa udah 1 jam! Waktu bayar tak lupa aku menunggingkan senyum termanisku (siapa tau dikasih diskon, he he he) Ealah, bapak nya gak ada mimic ramah sedikitpun, senyum dikit dong pak,.!!!

Disekitar situ, ada susu habbatus saudah yang paling enak, gak pedes, manis, yummy!! Kali pertama kesitu aku dengan bu dosen, tapi saking akrab nya sama beliau “wes ta lil, mbak wae,,” dan sejak saat itu aku panggil dia, Mbak rahma, the busiest woman I have ever known. Tapi kali ini aku pergi sendiri, Ajaibnya! Bapak itu masih inget sama aku, padahal aku baru satu kali kesitu, ditemenin ngobrol segala, ugh, baik nya,..

Bapak ini udah tua, tapi sisa-sisa ke-ganteng-an usia muda beliau masih bisa dilihat, hidungnya masih mancung, senyumnya juga masih manis. Lukisan sketch pensil masa muda beliau masih apik terpajang di dinding seperti pertama kali aku ke sana, nice picture sir..

Terima kasih untuk segelas susu ini. Huph, pelabuhan,,. Wait me..

Actually, I have never been there alone, there was always a buddy come along with me, but I am in my own journey,

Pelabuhan tak seindah kala senja, kalau sudah malam terasa horror kesana sendiri, para pria disana menunggingkan senyum padaku, tapi bukan senyum manis seperti orang-orang tadi, tapi seperti mau memakan kacang, ada yang bule, ada yang negro, ada yang pribumi, Emaaaaaaaaaaakkkkkkkk!!!! Help!!!

Wussssss,.... wuuusssssssssssssssssssssssss,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

aku laju kan sepeda ku tanpa stop. Takut barang kali ada yang nyolek aku dari belakang, di sekap di gudang kapal lalu dibawa ke negri antah berantah, dan imaginasi paling buruk yang pernah terlintas, JADI KORBAN Trafficking,.

Fiyuuh!!! Jadi inget cerita si MooMoo, Horor! Dari kelam nya pelabuhan, selintas aku menoleh ke gang remang-remang yang ditunjukkan moomoo dulu ke padaku, hatiku berdesir,, Audzubillah min syari dzalik!. Padahal pelabuhan ini dulu adalah pelabuhan kali pertamanya syeh maulana malik Ibrahim menginjakkan kaki di tanah jawa, dan lewat pelabuhan ini Islam berkembang pula di tanah jawa, huhu, miris nya,.. kota santri ku,.

Dari kelamnya kehidupan malam pelabuhan, aku menuju warung pojok temanku, fadriatul Jufriah. Tapi aku biasa memanggil nama belakang nya, Jupri, mirip nama bapaknya, ustadz jefri. hihihi,,. kedatanganku Hanya untuk bilang bahwa aku sudah dapat anak sekolah yang mau bekerja di warungnya itu,.

Ketika hendak pergi, mataku berbinar melihat seorang pemuda dengan baju koko putih, bersarung lengkap dengan kopyah menenteng kitap kuning. Tanpa ragu, aku ikuti ke mana pemuda itu menuju sumber ilmu?. Tapi gagal, langkahnya lebih besar dari kaki kecilku, dia lebih dulu masuk ke masjid sebelum aku sempat bertanya lebih, untungnya, ada pemuda lain di belakang yang sempat aku tanyai.

“Eh mas, ini ngaji apa ya?”

“ngaji tafseer mbak”

“owh? Ustadz nya siapa? Ustadz umar kah?”(klo ustd umar, boleh lah sekalian silaturrahim)

sayang nya dia menjawab “bukan mbak, imam masjid sendiri, ustadz Amin”

“owh, begitu”

Mas mas ini ternyata penasaran juga kenapa aku bertanya-tanya.

“kenapa mbak?”

“pengen ikut”jawab ku tak lupa menununggingkan senyum manis

“lho mbak, ini pengajian buat cowok doang,.”dia membalas senyum yang lebih lebar, o ow,.. I was so embarrassed !!

“Ealah, yauda mas, makasih ya,..”

Jumat, 26 Februari 2010

One night in station.

About 19th December 09, One night in station.
Hari yang melelahkan.
Angin, aku titip salam untuk ksatria ku lewat alunan angin dari mobil angkutan yang membawaku ke kampus. –gak romantic. Coba dari pantai atau gunung- yang tidak pernah bisa menggantarkanku ke tempat ini.
Pasti telat. Angkutan ini seperti merayap!. Padahal kuliah pasti sudah dimulai. Tiba-tiba HP-ku berdering, Ah, Miss.. Dosen satu ini emang istimewa, baru telat udah ditelpon
“Where are you girl? Class will be started soon”
“Yeah, sorry miss. I’m on the way now. May be I’ll come late”. Klik, terputus.
Kuliah yang membosankan. Aku ingin tempat ini bukan hanya soal absensi. Lalu duduk di atas kursi kayu dan menjadi penonton. Aku ingin mendapat banyak ilmu. Tempat mengeluarkan semua isi otak ku sekaligus mengetahui isi otak orang lain tentang pelbagai hal dan tempat melepaskan hasrat masa mudaku.
Berhenti. Akhirnya.
Aku berjalan diatas trotoar yang sepanjang jalannya adalah street food courts yang lezat. Tempat untuk nongkrong gak jelas dengan fanta float, fried fries hingga tahu goreng. Huff,. Kapan cepat lulus ya, cepet pinter?
Ketika dunia terus berputar, aku masih berbicara dalam kelas speaking melakukan apa yang aku inginkan, mengeluarkan isi otakku. Lembayung senja tak berwarna jingga kerena mendung, melainkan nuansa violet dan mega-mega merah dibayangi langit gelap. Lampu kota mulai menyala dan suara adzan bersahutan dari masjid- masjid sekitar. Mulutku komat-kamit menjawab adzan. Saatnya pulang.
Gelap. Tak hanya lampu-lampu kota yang menemaniku, bintang-bintang juga menerangiku dengan cahayanya yang lemah tertutup gemerlapnya dunia. Tonight, I just wanna take a walk. Sesekali menoleh dengan teman seperjalananku kali ini. Seorang wanita yang beberapa tahun lebih tua dariku, salah seorang wanita tangguh yang pernah kutemui dibalik kekurangannya atas nama seorang manusia. I wish, may you happy whole your life, Miss,..
Kami bercerita sepanjang perjalanan pulang. Angin memang menerpa jilbabku, tapi ia tak cukup tangguh merusaknya. Sesekali angkutan ini berhenti untuk menaikkan penumpang sebelum tujuan akhirnya adalah terminal. Tanpa sengaja aku berbalik dan melihat seorang penumpang, keren!. Aku ingin melihat wajahnya sekali lagi, tapi laki-laki itu menolak, memalingkan wajahnya memandangi deretan pertokoan disepanjang jalan. seakan berkata. “Jangan pandangi aku dengan mata nafsumu gadis. Atau kerlingan matamu bisa membangkitkan desiran darah mudaku ini.” Dan hatiku membenarkannya. “kamu benar, maaf! ” aku tersenyum kecil.
Aku menoleh pada Guruku yang menceritakan kehidupannya, hidup sendiri bersama seorang ibu tua dan sebagai wanita lajang dengan hasrat ingin menikah. Aku tersenyum. Doaku dalam hati ketika beliau turun adalah, hati-hati dikehidupanmu, semoga lekas dapat jodoh yang baik miss,.
Terminal begitu lenggang, wajar ini sudah larut malam. Aku menggambil tempat duduk di diantara para ibu-ibu yang berwajah letih menanti bus,bapak-bapak yang rindu dengan anaknya, seorang pengemis tua yang yang tadi pagi mengemis di pengajian murid Almarhum kyai Asrrori, pengamen –pengamen bus antar kota, juga preman yang berasal dari desa sebelah yang wajahnya sangat familiar denganku. Pada pertemuanku sebelumnya dengannya, dia memperkenalkan diri sebagai murid dari kakek ku sewaktu di madrasah dulu. Dia tersenyum padaku.
“Tumben nduk”
Aku menjawab dengan senyuman.
“lek jare pak guru biyen, sopo seng lenggah paling anteng, iku sing oleh mole disik” dia menoleh padaku dan tersenyum lebar dengan gigi ompongnya “lenggah sing anteng!”
Aku melebarkan senyumanku padanya.
Dia berteriak diantara keramaian pengamen yang bernyanyi sendiri. Andai aku bisa request lagu, Plain white T’s yang judulnya Hey there Delilah!
Tak lama bis datang.
Aku menggangukkan kepala tanda perpisahan pada preman itu, aku memberinya nama “Untitled” karena dia tidak pernah memberitahu namanya padaku.”Dulu” katanya, “mbahmu sering meludahi muridnya yang nakal, yang tidur saat pelajaran dengan ludah bau seorang perokok berat. Rupanya hukuman itu belum cukup untuk membuatku belajar. Harusnya kau suruh mbahmu bawa kayu rotan untuk memukulku”
Aku tersenyum geleng kepala. Aku mengerti maksudmu pak. Mengingatkanku pada puisi lama sewaktu madrasah
Aku lalai dipagi hari
Beta lengah dimasa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, Miskin harta
Kini aku sudah besar, sudah mampu mengartikan sebuah puisi dari pemaknaan hermenetik dan herestiknya. Aku juga bisa memahami lagu yang dibawakan pengamen didalam bus ini. Yang mengisahkan kerinduan seorang kekasih yang mendalam akan tawa manja kekasihnya. Touchy.
Aku meloncat turun dari bus tepat didepan gapura desaku. Rupanya langit sayang padaku, hujan tidak turun malam ini. Perjalanan malam memang selalu istimewa dan tak pernah biasa. Setidaknya, untuk mengisi diary-ku malam ini.

Stopped by Sniper

A woman, named Khadijaa, she was about last twentiest years old, walked among the corpses in the sharp breezing wind of winter. her mouth’s muttering over to her self with shaking hands, her face looked pale and dirty, she tried to regcognize her husband among the corpses. She could only try to be patient, calm her fears and wish her husband was not one of the them.
While she replayed again her memory about her self that she was brought up from her motherland, Indonesia ten years ago to America then suffering here, the holy land of Palestine. Then, some jews troop stoped her steps, crossed his hand on his square chest and asked her.
An eye’s watching them inside a car
“Hey lady, where do you wanna go? This area is danger for you!”
“I’m looking for my husband” her voice was almost unheard
“Husband?? Who’s your husband?”
“Dr. Ayman, Dr. Ayman Boshnaf.”
“Dr. Ayman Boshnaf?” his eyes shooted the woman fiercely.
“Yeah, do you know where is he?”
“No, but you’d better get out of this area, it’s too dangerous for you.”
“This land have been already dangerous since jews came, and you know what, I will never go, untill I found out my husband”. She barked at the troop.
“Don’t let me force you lady,..” the troop noticed her.
“Try me, I am not such coward lady!!”
The troop bent his body toward the woman. “If I could do something, why not?”
The troop throught the woman harsly to the ground, and forced her to move. Tanks was parked on the street. Soldiers with green combat dressed moving all arround were carrying the guns and bending to her. The woman screamed aloud.
Suddenly, a white car stoped and a doctor appeared, he wore a white coat marked his name as Dr. Jurnalis and his organisation, MER-C Indonesia, The doctor talked to the troops.
“Hey! Wait a minute!” He shouted to the troops
Dr. Jurnalis is Indonesian, graduated from American university. He and Dr. Ayman Boshnaf came Palestine trough ISMA, International Solidarity Movement of America as volunteer doctor. But after arrived in Palestine, mostly, he worked with MER-C Indonesia.
“She is foreigner, me too, and her presence here is guaranted by ISMA. Her husband is doctor, so you may not touch this woman at all! World people will consider it as outraged of human right abuses.” the doctor noticed the Israeli troops. One shrug his shoulder when another saw each others.
“so, just let her with me. It’s not that easy to kill this woman after all held international citizenship solidarity conference to Palestinian” Dr jurnalist emphasized.
The captain toke a deep breath “well, have a nice journey lady” the soldier nodded his head to her. His smiling was broad.
“And keep away from danger area!” he touched his hat with the tip of his fingers and let them go.
Then the doctor took the worried woman and brought her inside the car. But the woman couldn’t hide her curiousity.
“Doctor, are you indonesian? Me too. My name is Khadijaa” she introduced her self to Dr. Jurnalis.
“How do you know about My husband? ISMA? Have you ever met him? Please..”
Dr. Jurnalis smiled at glance.
“Let me check your condition first ma’am” he tooks few little treatment and check her wrist. Then he looked Khadijaa deeply. “Are you,…??”
“I’m fine.” She took her wrist and keep into her chest
“Ok, have you took your lunch?” he asked curiously
“I have doc!” she barked
“Mrs. Boshnaf, calm down. I know Dr. Ayman Boshnaf, he was with us 2 days ago and told much about you when he knew that I’m Indonesian. but he left us after heard his village, beer sheva was attacked by israel. So he went out there.” Dr. Jurnalist Explained clearly.
“And I suggest you ma’am, don’t go there now, it’s danger, don’t you listen that troops said?” he convinced Mrs. Boshnaf.
“No, I have to go doctor!” Mrs. Boshnaf said surely.
“Please, postpone your willing to go there” Dr. jurnalis still tried to hold her on the car.
“But I have to, I have been waiting for this moment for years, I have to meet him!” her eyes almost full with tears.
“Okay, listen! usually they shoot at your feet, your head, or to the ground in front of you. Don’t you run or lie on the ground or you will be a good target. Stay stand up, and then, they will be afraid. Okay? Take care your self, Allah hafidz!”
They huged each other before leaving.
The lady walked alone, many corpses every where. she seemed to hold her breath, inhaled, relieved every time she saw a corpse rampant in the road side and recited prayer every moment.
“Ai Me,..where are you, don’t you hear my voice? I call you, where are you?.” She tore and wishpered to her self.
Then she saw a boy cries behind the can he’s scared and his mother was killed by jews troops. They suspected that his father is one of Hamas Soldier and his mother didn’t want to tell them where was the Hamas’s camp located, they left that boy alone, crying his mother death. Khadijaa tried to get close to the boy, and asked him where’s his home, surprisingly, he told that he is from beer sheva. So she decided to carry the boy’s mother to go to the hospital.
Beer sheva is the most beautiful village in Gaza distric, border line between Palestine-Israel, and more peace than others. but since Israel heard that there are few Hamas activist in there, tanks and troops sieged the village. There were some reporters with camera and video arround. They were wearing protective helm and anti bullet jacket. Many houses and building was broken, people murdered and massacred. Khadijaa tried to reach up the hospital in ordered to meet her husband because she convinced that her husband must be there.
Khadijaa waved her hand when she saw her husband in open space of square was helping people.
“A…y me!!!!!”
Dr. Ayman turned arround and saw her wife running at him. He couldn’t stand up steady on his feet as if it is made of jelly, because of surprised. The corner of his eyes caught a sniper on the roof, watching khadijaa intently, got ready to fire.
Doo…..rrrrrr………………dorr…….
“Noooooooo,………….!!!!!!!!!!!!!.” Dr. Ayman run to her wife and caught her body.
“Ay me….” Her voice almost unheard, tears was melting before she closed her eyes forever
“Oh, Khadijaa,..” he huged her wife tightly.
At the moment, 29 israeli troops step closer, surround him, bundled him and tied his hands with plastic handcuffs. They take Dr. Ayman away from her dead wife. He almost cried of dissappointment
I WANT TO BE WITH MY WIFE!!!!!! He fought to run to his wife and escaped from the Israeli troops
Doo…..rrrrrr………………dorr…….
*** *** ***
In the car, Dr. Jurnalis kept silent and put his hand in his face, seems regrating about something.
“What happened Doc, you look sad, is it about Mrs. Boshnaf?”
“Yes, but it is something unbelievable!”
“What happen?” asked his assistant curiously.
“You will not believe me,..” he looked at his assistant deeply, “She is pregnant,…three months, I guess, she crossed the border line between egypt and palestine to catch up her husband untill here, because she want to tell her husband that she is pregnant”
“Oh,..” he put his palms to cover his face. Sadly.
No voice at that car for a moment except the mechines, silent.

THE MEETING

It happened some time in early 2000. It was a busy day for the students of the muslim girl boarding school because boys came from their dorms to build the girl’s rooms. It was abnormal usually, that boys came to the girl’s dorm, but it was the exception, in contrary, girls just tried to dress up as beautifull as they could just for flattering at those boys. The girls seemed never seen boys before so that they made over their appearance. but for Nali, it was same like usually. wheather boys came or not, nothing change to her life, she still had to memorize arabic vocabs, witir, and imrithi . She sighed breath deeply.
Then, when she was walking to the dorm, a sound of boy shouted at her.
“li, take the backet!”
She didn’t care for a moment, just kept silent and still stood up in her place, the question in her mind was how come he knew my name? suddenly, a boy came and took the backet near her. Nali could see his innocent face at glance and his wink embarrassed her. Her abash face became redish.
“Ali, don’t tease that girl” another sound shouted at them, then he left her. Nali back to the dorm and kept a name inside her heart, Ali, the name which she always recite every single time she remember of her childhood in boarding school.
Years passed later, Nali rised up became a young lady, not a high school girl anymore. Many things have been changed from her life but named of Ali has its own place in her heart as love at the first sight. The love never has been spoken, no fancy rendezvous meeting even Nali didn’t know where ali came from. The love was being an oblivious thing by the time.
Ramadzan 20th 2009, By an invitation by friend of her, Nali came to a reunion of Al-Azar Egypt students. Only men were gathering, and she was the only woman there. Ashame, strange and fool were she felt at the moment. But she tried to be as normal as possible and mingle with the boys. While she was talking with them, 2 men came late and took a seat in front of Nali. Nali was suddenly surprised by a man. It was Ali, A man who winked at her 10 years ago when she was child, and his friend.
Nali’s heart fluttered, remembering her memory, but she felt that she must speak, she greeted him.
“Aren’t you Ali, are you?”
Ali stood watching the stanger girl with enthusiasm, just kept smiling, but rather than surprise.
“Oh, yeah! I’m Ali, so may I know your name please..”
Nali wet her lips and smiled,
“I’m Nali, nice to meet you again”.
Once Ali looked at Nali and was about to say something, but then he decided not to. Ali did not speak for a while, he looked at the trees. It was exhausted for Nali to explain. But at the same time, Ali and Nali, they was going to speak together
Umm,…. Na,..A,…Li,..
“Howdy ?”, Ali said. Nali just laughed and answered simply, “Fine”. And they two laughed together, ignoring all the boys who were there.
“Well, Nali, so tell me how did you know my name?”. Ali asked curiousity
Realizing their friend was talking with the only one girl of them, they joint at Nali and Ali’s table. They drew their chair a little nearer to Nali and wanted to listen her favorably. But It was so embarrassed for her. Nali thought, it is not a good one to tell about your childhood love affair.
“This isn’t your trouble Nali, so come clean!”. One boy convinced her.
Finally, Nali told the story, how she knew aboout Ali, and she was calm enough to take care of their questions. Now, Nali knew where did Ali from and studied and decided to make a friend. And they still could keep in touch by technology.
Sounds of Adzan from the mousque nearby realized them to pray and broke their fast. Then, they went to masjid Jami’.
Nali thanked to the God, a little surprising thing in the great month of Ramadzan. Her tears almost fall down to her palms. She just saw a teology theory “Mysterium Tremendum” . Nali saw at the constellation of stars, feeling that God was not just a mirage . And one thing she learnt, if you are formed a pair with someone, no matter how far your life takes you away, you will meet him or her by destiny.

Sabtu, 23 Januari 2010

BEST WOMEN IN HEAVEN

Semoga dengan aksara
Walau sekejap
Dapatkan bahagia
Walau dalam rahasia







By: Nur Lailatur Rofiah







Berbahagialah wahai saudariku,..
Karena Allah menjadikan mu’minah kelak di surga lebih cantik dan mulia dari bidadari.
Perempuan beriman ibarat ratu yang berkuasa, sedangkan bidadari adalah pelayan yang taat pada tuannya. Karena tidak mungkin sama kedudukannya, orang yang melakukan mujahadah dan bersusah payah di dunia, dengan bidadari yang di ciptakan khusus untuk di surga tanpa mujahadah, bersusah payah, musibah serta cobaan.
Bidadari, seperti apakah mereka?
Mereka seperti bintang gemerlapan, yang mengalir di tubuhnya darah remaja. Pipinya merah seperti bunga mawar dan buah apel, giginya bagai mutiara tersusun, kulitnya lembut mulus. Kecantikannya seperti matahari yang mengelilinginya. Senyumnya mengeluarkan cahaya. Sumsumnya dapat terlihat dibalik dagingnya, dan kemulusan wajahnya laksana cermin. Pabila berbicara dengannya seperti pembicaraan dua kekasih (mesra-lembut).
Apabila mereka turun ke dunia?
Dunia akan menjadi harum. Seluruh makhluk akan mengumandangkan tahlil, takbir dan tasbih atas kecantikan dan kesempurnaannya.
Bagaimana rupamu wahai saudariku?
Tentu jauh lebih mulia darinya..
Laila mengakhiri forum diskusi “wanita shalihah” dengan sebuah conclusion yang indah. Membuat semua yang hadir berdecak kagum. Tak terkecuali bytea, sahabatnya.

Masjid Baiturrahman, Universitas Samudra Biru.
Laila melangkahkan kaki keluar untuk pulang. Sore yang cerah, angin sepoi-sepoi dari areal persawahan memainkan kerudung laila nakal.
Burung grifin yang bertenger di lapangan mendadak terbang. Terganggu lari seorang pemuda.
“ukhti..!”. seru endra, pemuda itu.
“ada apa akh?”. Laila memperhatikan peluh sebesar jagung di dahi ikhwan yang terkenal disebut “Abu hurairah“ oleh teman-temannya, Lucu.
Aneh, padahal ikhwan satu ini sangat pendiam, jarang memulai pembicaraan, introvert. Dan sekarang ia berlari dari masjid mengejar laila, pantas peluhnya sebesar biji jagung.
Laila tersenyum
“maaf ukh, pena ukhti tertingga!” ujar endra sambil mengatur nafas. “tadi ukhti saya panggil-panggil tapi, sepertinya tidak kedengaran.” Endra memamerkan gigi putihnya.
Gubrakh..
Laila nyengir kuda, ketahuan budeknya.
“maaf, tadi…” kalimat laila menggantung. “ngelamun ya..” sahut endra menggoda. Mereka tertawa lirih.
“terima kasih.” Laila melanjutkan perjalanannya. Dan meninggalkan Endra.

Hendra Yudi Saputra, Endra. Siapa yang tidak tahu ikhwan ini. Aktifis LSM, BEM, Rohis. Abu hurairah, mereka menyebut pria kurus ini. Karena banyak hadist nabi yang di hafalnya seperti sahabat nabi itu. Namun ikhwan ini selalu berkata mengutip syair Ahmad nashib al mahamid.
“Aku mencari hadist
Bukan untuk mencari popularitas kealiman
Atau menghimpun yang lama dan yang baru.
Akan tetapi, jika sang pencinta kehilangan
Jejak kasihnya yang di rindu, maka
Mendengarkan kata-katanya pun cukuplah.”
Semua orang terheran sebagian ada yang tertawa, ketika setahun yang lalu ikhwan matematika ini memutuskan membuka usaha bakso. Yang semua temannya tau ikhwan ini tidak menyukai bakso apa lagi korelasi dengan study majo-r nya. Aneh. Tapi akhirnya dia berhasil membuktikan dengan kerja kerasnya. Mandiri.
“Tapi, kenapa dia mau repot-repot lari hanya untuk sekedar pena?. Baik sekali.” Pikir laila. Ia memandangi pena yang di genggamnya.”pinter lagi! Akh endra kan sering jadi pembicara di majlis. Dia juga tahu namaku.”
“Laila stop thinking about him!.” Laila menghembuskan nafas dan menandungkan sholawat dalam hati.
Allahumma sholli ala muhammad…
Di dalam kamar kosnya, laila menerawang langit-langit dengan mata terbuka. Padahal lampu sudah dimatikan. Pikirannya menggawang tentang si Abu hurairah yang bersahaja itu.
“robbi, apakah aku telah jatuh cinta pada makhluk mu yang bernama endra, tolong aku ya robb..teguh kan aku!.”
Laila merapatkan matanya dan menggulang-ulang dzikir mencoba tidur. Tapi tidak bisa. Ia telah jatuh cinta pada pemuda itu hanya kerena endra menggembalikan penanya. Semudah itu kah?
Laila terjaga sampai waktu subuh. Padahal esok adalah hari yang sangat padat!. Kuliah, bedah buku di IRF,islamic research foundation . Dan selepas magrib laila harus menggajar bahasa inggris privat di mungin cede sampai isya’.

Laila tak tau apakah dia harus senang atau sedih dengan perasaan ini. Jika seorang anak manusia telah jatuh cinta, semuanya terasa berbeda. Langkahnya ragu memasuki ruang IRF. Padahal diskusi kali ini pasti menarik. Poligami, hal yang paling menakutkan bagi kebanyakan wanita. Dari buku Dr. Zakir Abdul Karim naik, ulama besar india kelahiran jakarta. Pembicaraya Endra, pemuda itu.
Laila menetapkan diri memasuki ruangan itu. Beberapa akhwat dan ikhwan telah duduk melingkar disana, termasuk endra.
“Assalamualaikum..” laila beruluk salam dan tersenyum kepada sesama akhwat dan di jawab oleh semua yang hadir.
Tidak banyak yang ikut di kegiatan semacam ini. Para mahasiswa biasanya lebih tertarik dengan kegiatan olah raga, petualangan, atau berbagai demonstrasi yang sok jadi aktivis. Padahal kebanyakan, pasti ada dalang disetiap demonstrasi, uang dan kekuasaan. Dan kebanyakan retrorika mereka kosong yang hanya membakar api amarah para demonstran yang sedang panas dan cara demo mereka norak!. Laila teringat dirinya sendiri dua tahun yang lalu sebelum bertemu bytea yang kini menjadi sahabatnya.
Now coming to the original question, why is a man allowed to have more than
one wife?
The Qur’an is the only religious scripture in the world that says,“marry only one”. Qur’an permits limited polygyny. The context of this phrase is the following verse from Surah Nisa of the Glorious Qur’an
“Marry women of your choice, two, or three, or four; but if ye fear that ye shall not be able to deal justly (with them), then only one.”[Al-Qur’an 4:3]”
Hanya sayup-sayup perdebatan itu terdengar di telinga Laila.
“Laila, kenapa kamu kelihatan pucat ukh?”. Tanya bytea, gadis bali yang manis itu cemas. “tidak ukh, mungkin agak kurang enak body.” Kilah laila sambil menggerlingkan mata kearah gadis itu.
“Dasar! laila majnun!.” Disambut tawa lirih kedua akhwat itu. Dan tidak ada rasa khawatir lagi pada bytea tentang laila.
Islam has five categories of Do’s and Don’ts
Polygyny falls in the middle category of things that are permissible. It cannot be
said that a Muslim who has two, three or four wives is a better Muslim as compared to a Muslim who has only one wife.
Laila menyembunyikan perasaannya dalam, jauh di dalam relung hatinya. Laila hanya diam, menunduk sibuk dengan catatan-catatanya ketika para peserta adu argumen.
“Average life span of females is more than that of males A female child has more immunity than a male child.”
“World female population is more than male population”
“Restricting each and every man to have only one wife is not Practical”
“Marring a married man preferable to becoming 'public property'”
Para peserta forum menggeluarkan beberapa alasan diperbolehkannya Poliginy yang terdapat di buku Dr. Zakir Abdul Karim naik itu
Laila sudah tak mampu berbicara. Wajahnya pucat dan peluhnya beberapa kali diusap dengan sapu tangan birunya.
“Then why does Islam prohibit a woman from having more than one husband?”
Seorang gadis berbusana modis menyatakan keheranannya. Petanyaan yang sungguh wajar dizaman sekarang ini ketika the same ‘right’ to women sedang digembor-gemborkan. Dari soal pendidikan, pekerjaan, politik tapi poliandry?
“Let me first state emphatically”, kata endra “Allah has created men and women as equal, but with different capabilities and different responsibilities. Men and women are different, physiologically and psychologically. Their roles and responsibilities are different.
Men and women are equal in Islam, but not identical.” Lanjutnya.
Beberapa partisipan juga ikut membenarkan. Dengan banyak menggutip tulisan Dr. Zakir Abdul Karim naik.
“If a man has more than one wife, the parents of the children born of such
marriages can easily be identified. The father as well as the mother can easily be identified”
“Man is more polygamous by nature as compared to a woman.” Sahut seorang pemuda terus terang. Membuat sebagaian jamaah putri riuh. Mau tak mau mambuat laila tersenyum.
“Biologically, A woman undergoes several psychological and behavioral changes due to different phases of the menstrual cycle.”
“A woman, has a high chance of acquiring venereal or sexually transmitted diseases which can also be transmitted back to her husband”.
“There are probably many more reasons why Allah, in His Infinite Wisdom, has prohibited polyandry.” Endra mengakhiri
“Baiklah teman-teman, terimakasih untuk diskusinya kali ini. Subhanallah. Forum yang hebat, dan insyaallah semoga bermanfaat bagi kita,Amin. Tapi, kalau mengenai perasaan, emosional apalagi pada wanita. Maaf, saya kurang tahu. Allahu’alam”. Endra tersenyum.
“Lalu apakah akhi Endra juga ingin melakukan Poliginy ”. sahut Izzate, muslimah kritis yang dikenal Laila baik.
Endra menghembuskan nafasnya pelan.
“Sayapun ingin berpuas diri dengan satu wanita mu’minah yang kelak menjadi bidadari saya di surga. Seperti kata ukhti laila minggu lalu. Insyaallah amin.”
Rasanya aliran darah laila terhenti dan kembali mengalir deras menghangatkan tubuh lalu terhenti di wajahnya. Sehingga pipi laila bersemu merah ketiha endra menyebut namanya.
“Laila, kamu sakit?.” Bytea kembali mencemaskannya setelah melihat perubahan sahabatnya itu. “Tadi kamu pucat kedinginan. Dan sekarang, kenapa badan mu panas?.” Gadis itu meraba pipi laila. “kamu demam?.”
Laila tersenyum.
“tidak ukhti..” laila mencubit hidung bytea lembut. Ia tidak ingin sahabatnya itu mengkhawatirkan dirinya. “tadi kedinginan, tapi kok mendadak kepanasan ya..” ujarnya sambil menggibaskan kerudung putihnya.”aku mau beli jus, kamu mau ikut?”
“tidak, aku tunggu kamu di masjid ya..”
“ok!, nanti kita pulang sama-sama lepas salat magrib.”
Laila menikmati jus guava kesukaannya seorang diri. Ditemani angin senja yang menerbangkan daun-daun kering dari pohonnya. Awan putih berganti mega merah dari ufuk barat, memberi nuansa indah pada pucuk-pucuk padi.
“subhanallah, indahnya..” guman laila.
“assalamualaikum, ukhti sendirian?”
“Allah!!.” Laila terperanjat kaget di tengah lamunannya. Pemuda ini, kenapa ya allah, engkau dekatkan aku denganya ketika aku berusaha mengatur hatiku?.. robbi laa tuakhidzni.. desah laila.
“kenapa ukhti? Apa saya membuat ukhti laila kaget?.”
Plass.. wajah laila tertampar angin lamunnya lembut.
“ukhti bahkan belum menjawab salam saya”
“Owh,. Waalaikum salam.” Laila tersenyum jaim.
“ukhti melamun lagi ya,” goda endra. “apa ukhti sakit?. Tidak biasanya ukhti diam diam di forum.”
“Owh, tidak. Itu Cuma kepanasan makanya saya beli jus disini.” Kilah laila.
Bodoh!. Kepanasan?! Siapa percaya?
Endra tersenyum.
“ternyata ukhti merasa seperti itu juga ya?. Kok bisa sama ya?, saya juga. Padahal angin diluar sepoi-sepoi.”
Fiyuuh..laila bernafas lega. Tapi memandang aneh pada endra sejenak.
“Ukhti sendirian?” tanya endra memecah kebisuan.
“Iya. Tadinya mau ngajak bytea tapi dia tidak mau.” Kalimat laila meluncur terburu.
“Ooo..” endra menganguk.
“Maaf, saya harus kemasjid. Bytea menunggu.” Sahutnya dibuat seringan mungkin.
“Kenapa tidak bareng saja. Saya sudah selesai. Kita juga menuju tempat yang sama. Lagian tidak baik seorang akhwat berjalan ditengah senja sepi begini.” Endra tersenyum. “banyak setan keluar ukh!..” goda endra.
Sok tau!
“Bukankah bila dua orang bukan mahram berkhalwat disuatu tempat, maka pihak ketika itu setan?.” Nadanya lembut membuai seperti angin senja di musim semi.
Endra tersenyum menunduk.
“Bidadaraku..” sahutnya dibuat seringan mungkin, untuk memencing reaksi laila.
“Maaf..” laila seperti gemetar.
“Mari kita ke masjid.” Endra mencairkan suasana.
Mereka berjalan beriringan bak sepasang kekasih menuju ke rumah tuhan.
Laila tidak suka ini. Tidak tahukah pemuda ini tentang isi hati laila? Kenapa ia ingin berjalan bersama laila? Kebaikannya? Hal itu hanya semakin menambah rasa cinta terhadap pemuda itu.
Kesempatan berdua, hanya membuat rindu untuk mengulang kembali, lagi dan lagi. Dan sampai yang di khawatirkan laila. Masing- masing mungkin, akan merasakan suatu kebersamaan dalam lingkaran yang tidak mereka ketahui. Bahwa lingkaran itu sebenarnya dapat menjerumuskan mereka. Ini jelas tidak sehat. Bukankah, lebih baik segera dihentikan sebelum semuanya terjadi?
Pacaran sesuatu yang dihindari laila. Karena itu mendekati zina. Tapi ketika ia benar-benar jatuh cinta dan kini berjalan berdua bak sepasang kekasih. Tidakkah ia juga berbunga-bunga?. Antara bahagia, dan malu dilihat Allah, maha mengetahui dan maha mulia.
Laila gundah.. beginikah jatuh cinta?
“Ukhti, bolehkah saya bertanya?.” Suara endra lembut menghentikan langkah laila.
“Ukhti, saya mencintaimu. Maukah kau menerima cintaku?”
Plass.. itu Cuma pikiran laila saja. Laila tersenyum.
“Iya, apa?.” Laila kembali menggayunkan kakinya.
“Bidadari, aku terkesan conclusion ukhti minggu kemarin sampai terbawa mimpi.” Endra tertawa lirih.
Laila tersenyum getir.
Andai saja aku bidadari yang allah ciptakan untukmu akhi…
“Dari mana ukhti mendapat conclusion yang indah itu?.” Puji endra. Laila menghentikan langkahnya.
“Akhi, dari pada menakuti kami bahwa penduduk neraka kebayakan wanita, yang seakan memang tercipta untuk kami. Lebih baik, memberi gambaran betapa mulianya kedudukan wanita mu’minah dari pada bidadari di surga sebagai imbalan atas mujahadahnya di dunia. ” jawab laila kritis.
Laila menghembuskan nafas pelan, namun jantungnya berdebar kencang tatkala mata mereka beradu.
“Dari buku. Best women in heaven. Neraka bukan untukmu saudariku, karya Dr mustafa murad.” Laila melangkahkan kakinya kembali.
“Subhanallah,..” endra masih terdiam ditempatnya. Laila meneruskan langkahnya sendirian.
“Aku mencintaimu ukhti!!. aku harap, kamulah bidadariku di surga nanti!.” Endra berkata lantang di belakang laila.
Seakan jus guava yang ditelannya berubah menjadi buah yang utuh kembali dan menyendat tenggorokan laila.
“Aku menunggu jawabanmu ukhti!.” Lanjutnya
“Maaf akhi, bytea sudah menunggu terlalu lama. Dan ini sudah hampir magrib.” Laila mempercepat langkahnya meninggalkan endra yang terdiam.
Laila memasuki halaman masjid yang sepi hanya ada beberapa orang dalam masjid itu sekedar mengobrol dengan temannya. Laila melihat sahabatnya itu sedang membaca alquran. Rupanya dia sedang memperbagus hafalanya ambil menunggu waktu shalat.
“Ah, bytea. Seandainya aku seperti engkau..” laila diam-diam iri dengannya. Merasa jauh tertinggal dengan sahabatnya itu.
Laila menghampirinya dengan nafas tersenggal-senggal
“Tea, ayo pulang sekarang!.” Laila mengatur nafas dan menggusap peluh di wajahnya.
“kenapa?.” Bytea menutup mushaf kecilnya, Lalu menciumnya. Ia memperhatikan laila sambil tersenyum heran. “ini hampir maghrib ukhti..”
“Kita jama’ah di rumah saja. Aku mendadak sakit!.” Kilah laila
“Hah?!. Mendadak sakit?.” Ujar bytea terheran dan melihat temannya semakin aneh. Namun tak dapat berbuat apa-apa ketika laila menarik tangannya. Bahkan tak memperdulikan endra ketika melihat mereka di gerbang masjid dengan tersenyum heran.
“Habis shalat , sebaiknya ukhti istirahat saja. Tidak usah ke mungin cede, biar aku yang menghubungi kalau ukhti tidak bisa kesana.” Saran bytea.
“Terima kasih, jazakillahi khoiron ukhti.” laila tersenyum.
Lepas magrib, laila tertidur nyenyak. Dalam mimpinya, ia duduk di taman dengan bytea sedang endra menunggunya di sebrang.
Bytea membacakan surat An nur : 30 kepada laila
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
“Tapi tea, kita saling mencintai…” tangis laila dalam mimpi.
“Bukankah Allah berjanji, bahwa wanita-wanita yang baik adalah untuk para laki-laki yang baik. Innallaha laa tukhliful mi’ad, ukhti..”
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak menggetahui. (QS. Al Baqarah : 216)”.
Kedua sahabat itu saling berpelukan. Dan endra mendekat.
Laila terbangun dalam mimpi, sudah pukul tiga. Ia mendirikan shalat isya lalu di lanjutkan qiyamul lail dan terjaga sampai subuh. Ia bersimpuh kepada sang robbul izzati memohon ampun.
“Ya allah, teguhkanlah hatiku. Berikanlah cintamu yang maha indah dan aku berlindung dari tipu daya setan yang terkutuk.”



Endra mencari laila di kelasnya tapi tidak ketemu. Akhirnya ia menanyakan kepada bytea.
“Laila sakit dari kemarin akh.” Katanya
Endra merasa bersalah.
“bolehkah saya titip surat pada laila, ukh?. Ada sesuatu yang harus saya sampaikan.” Pinta endra.
“Iya.” Angguk bytea tanda setuju.
Endra menyerahkan amplop warna biru kesukaan laila, lambang harapan dan kedamaian. Dari tas ransel besarnya.
“Terima kasih.” Sambil berlalu meninggalkan bytea.
Sore yang cerah ketika bytea menyerahkan surat dari endra.
“Cie..cie… ada yang dapat surat cinta nih!” goda bytea sambil mencium wangi surat biru muda itu. Laila menyiritkan dahi, heran.
“Nih, dari akh endra!.” Bytea mengulurkan surat itu pada laila.
“Apa kamu percaya, seorang endra menulis surat cinta pada seorang laila?!. Apa dia
tidak malu di panggil majnun?.” Laila tersenyum membela diri.
“Who knows sister ?!. Everything can be happen if you fall in love.” Bytea mulai berpuitis dan meninggalkan laila.
Laila membuka surat itu dengan perasaan bercampur, excited.
Assalamu’alaikum..
Bismillah.
Saya hanya ingin memberi tahu pada ukhti bahwa Allah telah menanamkan cinta dihatiku pada mu. Dan perasaan itu telah berkembang sejak 3 tahun yang lalu
Dan hatiku yang Cuma satu tidak kuat menampung cintaku yang besar pada mu. Maukah ukhti menerimanya?
Ukhti, semoga engkau adalah bidadariku di dunia dan ratuku di akhirat yang diciptakan allah hanya untuk ku.
Semoga allah senantiasa meelindungi dan merahmatimu, laila.
Endra


Laila merasa kalau semua orang berbohong tentang indahnya cinta dan menbuat bahagia. Bahkan ibn hazm el andalusy
Laila memandang pena yang di kembalikan endra. Dan mencoba membalas surat endra.
Cakrawala menyembunyikan sang surya. Mega merah telah berganti malam dan bintang bertaburan bagai bidadari di angkasa.
Laila menggoyangkan penanya di atas kertas bersampul coklat, lambang keselarasan. Ia ingin berdamai dengan cintanya.

Assalamu’alaikum.
Bismillah
Semoga akhi selalu dalam rahmat dan lindungan Allah. Maha suci allah yang menciptakan cinta diantara kita.
Akhi, jiwa ini takut kepada Allah. Pemutus dunia (kematian) pasti datang. Semua kekasih tak akan dapat menemani orang yang dikasihinya. Semua berakhir ketika kedua tangan jenazah didekapkan.
Dan saya hanya mendekati cinta yang halal. Selama saya belum mampu, insyaallah saya akan bersabar.
Semoga Allah meneguhkan iman kita, Amin.
Laila.

Endra menggengam surat laila yang diberikan ahmad di kamarnya
“laila mencintaiku! Tapi dia tidak mau pacaran. Endra tertawa. “dasar gadis bodoh!. Siapa yang mau ngajak pacaran? GeeR!!”. Cinta picisan!.”
Endra bersimpuh, sujud syukur.
Baru kali ini orang yang di tolak cintanya sujud syukur. Endra tertawa dalam hati.

Bytea terkejut menerima surat berwarna merah yang diserahkan endra.
“akhi marah dengan laila?.” Tanya bytea. “kenapa suratnya berwarna merah?.” Selidiknya.
Endra tersenyum, maklum.
“tidak ukhti. Merah, adalah warna pancaran dinamika dan gairah hidup. Seperti saya sekarang!. Permisi..”
“Oooh..” jawab bytea yang masih terheran.
Laila tertawa lirih mendengar makna warna merah dari endra lewat sahabatnya itu. Ketika memberikannya.
Laila membuka surat itu di perpustakaan.

Assalamu’alaikum.
Bismillah.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah, amin.
Ukhti, saya sudah menciritakan tentang ukhti pada keluarga 1 tahun yang lalu. Nampaknya mereka setuju.
Dan aku tidak menawarkan sebuah cinta picisan!
Kapan ukhti siap?
Insyaallah.
Aku akan segera mengkhitbahmu.

Endra

Laila tersenyum dan menyelipkan surat itu di antara buku Bytea S Azar-nya. Dan hendak kembali menuju kelas.
“assalamualaikum, ukhti sendirian?”
“Allah!!.” Laila terperanjat.
“Ukhti sering melamun ya?!.” Goda pemuda itu. “ukhti juga belum menjawab salamku.” Pemuda itu tersenyum malu.
“owh,. Waalaikum salam.” Laila tersenyum jaim. “dan akhi sering membuyarkan lamunanku.”
“Bagaimana ukhti. Jawaban suratku?. Balas Cepat ya..”
“Akhi shalat istikharah saja. Saya akan membicarakannya dengan orang tua. Maaf, saya harus kembali ke kelas.”
“yaah…” endra seperti kecewa. Laila tersenyum mengerti.
Mereka berpisah.
Laila menyyusuri lorong kampus menuju kelasnya di lantai dua, fakultas sastra. Sejenak ia menoleh ke halaman. Terlihat rumput, daun yang tergoyang usikan angin begitu pula kerudung besar laila. Burung-burung grifin kecil mengepakkan sayapnya terbang. Sesekali berkejaran dengan temannya.
Hatinya bertasbih.
Yusabbihu lahu fii samawati wal ardhi..
Dan tiap makhluk mempunyai berbagai cara sendiri untuk bertasbih pada Allah. Dengan cara yang tidak kita ketahui. Begitu pula laila, makhluk yang sedang berbunga-bunga karena cinta. Seperti burung-burung grifin itu. Seperti makhluk yang lain.

“Saya sudah istikharah ukhti.” Kata endra ketika mereka bertemu di ruang IRF sabtu sore itu.
“lalu…?!.” Laila penasaran.
Endra menjawab dengan tersenyum.
“saya juga sudah membicarakannya dengan keluarga!.” Kata laila tak mau kalah.
“lalu…?!.” Endra penasaran.
Laila balik menjawab dengan tersenyum.
Subhanallah…
Salah satu Kebahagiaan anak adam adalah istikharahnya kepada Allah dan ridha terhadap apa yang diberikan allah kepadanya. Dan salah satu kesengsaraannya adalah meninggalkan istikharahnya kepada Allah dan kebenciannya terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya.








Abstraksi
Alhamdulillah
Terima kasih untuk para inspiratorku,.
Cerpen ini hanya himne, yang ku kaitkan dengan rangkaian kehidupan ku dan beberapa buku.
Para inspiratorku:
Para penggarang buku, atas kecintaan ku pada buku kalian. Yang banyak membantu menggobati penyakit hati, menjadi teman di kala sendiri dan penghibur dikala susah.
My cyber brother, Endra ahmad aram www.endralip4.multiply.com teman ku dalam belajar, teman ku dalam diskusi, Terima kasih telah memperkenalkan ku pada IRF , Dr. Zakir Abdul Karim Naik. atas berbagai nasehat dan pengetahuanya. Dan juga tidak protes karena pinjam namanya malah membalasku dengan novel karyanya.
Hendra yudi saputra, teman SMA ku. Tutenk, teman tukar kertas binder dan debat dalam pelajaran bahasa indonesia. Temanku yang kadang jail dan sedikit unik, yang tidak suka namanya karena kurang islami (Abu hurairah). Apa kabar mu teman?
Dua Endra yang aku sayang,..
Bytea, gadis bali yang manis dan mempunyai ghirah islam yang kuat. Izzate, gadis kritis dan berpandangan luas dan terkadang sedikit apatis. Dua gadis sahabatku,
Bu Rahma dan mbak Tiyas, dosen ku dan sahabatnya. Yang sering menggajakku ke taman Petrokimia membeli jus guava. Mbak tiyas, dengan jubah dan jilbab panjangnya, membuatku haru saat memperbagus hafalannya ketika menggantri mukenah di masjid Petrokimia.
Mungkin, karya ini “Bukan Gue Banget” tapi pembuatanya berlangsung singkat dengan ide-ide yang datang, kadang membuatku tersenyum. Juga banyak kutipan (kalau namanya bukan plagiat) dari beberapa buku yang pernah ku baca. Yang lainnya hanyalah romansa melankolis.

Regard
Lilla.

Jumat, 22 Januari 2010

untitle

The noble heart allures me to follow its spell
Lighten, they are the constellation of stars
A hope comes in nightmare
Unprecedented to me before
The cockroaches make it spoof to laugh
Their preach derogatory always offends me
“Hey heel! Don’t you have pride?”
“O my gash, the heel is lying to the sky!”
Though I disguised and live in slum
The light perceived what I’ve done
So don’t blame me and stare at me
Because I deserve to fly with them
I’m not talking with the moon
I’m reaching the moon

Eksistensi Wanita

Aku pernah bertanya kepada 2 abangku.

“Abang, jadi laki-laki itu, enak ya?”
Abang pertamaku tidak menjawab, dikiranya pertanyaan itu tidak penting!, mungkin dia mengira aku akan mengajaknya berdebat tengah malam, berfilsafat dari sesuatu kebinggunganku, dan hanya akan menemukan kebenaran yang nisbi. Aku sedih.

Abang keduaku, bilang “kalau adik tanya sama abang,pasti abang jawab enak, kitakan harus bersyukur dengan yang diberikan Allah”.
Lagi, aku harus kecewa kata “harus bersyukur” bila tanpa taffakuri hanya akan menjadi suatu perintah/dogma.
Bukanlah Allah menciptakan pria dan wanita itu sia-sia?

Tidak tiap pertanyaan itu perlu ditanyakan untuk di ketahui jawabanya

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Waktu itu aku berumur kira-kira 12 tahun, katika seorang ibu dengan menggendong bayi memintaku untuk menggantarkanya ke ruang kepala sekolah. Tak tau urusan apa. Ibu itu memelas dihadapan kepala sekolah yang berwibawa itu. Sesekali aku ikut membantu, namun lidahku belum cukup fasih tentang pembicaraan orang dewasa.

Gusar ibu itu tak nyaman sepertinya memberi pengaruh pada bayi yang didekapnya. Ia menanggis minta ditetek. sang ibu sedikit acuh dengan menepuk-menepuk pantat si bayi. Aku mendenggus kesal dalam hati “Dasar bayi tak tau tempat!! masa’ disini minta diteteki”.

Tangis bayi itu semakin melengking,..

Akhirnya, sang ibu memenuhi kebutuhan anaknya.
Setelah agak besar aku mengenal teori psikoanalisa, Sigmund Freud. aku tak percaya kalau si bayi yang menetek itu sedang memenuhi kebutuhan seksualnya atau pelarian diri , escapism. karena mendapatkan impuls ketidaknyamanan dari ibu.

Dan aku tau, kenapa bapak kepala sekolah tidak menundukkan kepalanya, karena ia menyelamatkan kehormatan sang ibu dan dirinya, ghudhul bashor

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dalam bukunya, Dr.Zakir Naik mengatakan bahwa wanita dan pria itu berbeda baik secara fisik atau psikis, apalagi dalam perkembanganya menuju jasmani yang dewasa, pria dan wanita itu berbeda.

Dan orang yang menurutku tidak peka terhadap perbedaan fisik kami adalah para guru olahraga yang masih menyuruh kami lari ketika kontraksi menstruasi terjadi. Para anak laki-laki yang mengejek rembesan darah haid di rok kami. Adakah mereka sadar, bahwa saat itu kami mengalami emosi yang labil. Sehingga ejekan mereka mungkin masih terasa meskipun sudah bertahun-tahun.

Aku pernah berfikir,..

Ketika terjadi invasi militer Israel ke Palestina dimana tidak ada sarana kebersihan, pakaian bersih, air, makanan, yang paling menderita pastilah wanita! Apalagi mereka yang mengalami menstuasi, pasti merasa tidak nyaman.

Adakah dari sekia
n bantuan itu khusus perlengkapan wanita, pakaian dalam, pembalut yang mereka butuhkan???
Aku hampir saja menyumbang pembalut dan pakaian dalam kalau tidak takut dituduh menghina, melecehkan atau menambah kesusahan mereka.

Adakah para mujahid itu perduli keada keadaan wanita? Atau wanitanya sendiri tidak terlalu perduli dengan dirinya dan terlalu mementingkan negerinya, sanak saudaranya, anak atau suami mereka yang terbunuh. Meratap nasib sendiri ditengah kerusakan yang terjadi.

“Dan sang lelaki melaksanakan tugas seorang laki-laki sejati, melindungi negara, agama dan para wanitanya. kalau berperang dan menegakkan syariat agama adalalah perlindungan bagi negara dan agama, maka berpoligami adalah cara melindungi wanitanya." itulah yang dijelaskan oleh sahabatku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

9-11 september,Gor Sidoarjo, pertandingan pertamaku.

Pada babak penyisihan, aku berhasil menggalahkan lawanku, seorang gadis manis berkerudung putih. Aku tidak tahu apakah kekalahan yang melukai hatinya atau pukulan dan tendanganku yang membuatnya menangis.

Dengan menggumpulkan keberanian, aku menghampirinya yang sedang tersedu disamping seorang wanita yang mungkin pelatih atau ibunya. Ketika aku menggulurkan tangan, dia menolak
Oh tuhan, maafkan aku yang tak bermaksud menyakitinya,..

Aku gagal dalam perebutan juara III
Lawanku waktu itu adalah seorang mahasiswi, seperti orang cina, putih, sipit, terlihat tua dan menyeramkan! Aku masih ingat betul namanya, yenny, mahasiswi Ubaya.
Jujur, aku sudah takut sebelum fight,.

Hasilnya,..
Tulang kering ku bengkak, dada dan tenggorokanku jadi sasaran pukulannya, Sakit! Jilbabku Rusak,
Dan tiap pertandinganku berikutnya, aku harus siap kalau jilbabku tertanggalkan.

Waktu itu aku tak ingin menanggis. Tapi itu sungguh sakit. My tears was melting

Disitu benar kata teman-temanku, bahwa pelatih kami paling sayang padaku. Dia menggajakku jalan-jalan dan membesarkan hatiku bahwa kemenangan bukanlah tujuan mutlak. Tapi sungguh. bukan itu yang kutangisi atau mungkin gadis yang menangis tadi. Tapi siksaan fisik, dada dan tenggorokanku dipukul sampai sulit bernafas. Tapi waktu itu aku terlalu malu untuk menggatakannya.

Aku berpikir, bahwa betapa wasit itu tidak adil. jika laki-laki yang memukul kemaluan lawannya bisa langsung diberi warning atau didiskualifikasi. tapi anak putri? jangankan Body protector untuk melindungi tubuh. berkata "dadaku sakit" kami malu

5 tahun kemudian, aku menjalani ujian untuk kyu II ku. jujur aku bangga. diantara teman perempuan seangkatanku, sejauh ini, aku mampu bertahan. meski aku juga merasa, materiku payah

dari beberapa Dojo yang mengirimkan perwakilannya. ternyata yang putri hanya 7 orang, termasuk aku. kami dikumpulkan terpisah dari anak laki-laki dan diberi materi khusus "Beladiri wanita", yang ku tangkap dari pelatih DAN II itu adalah, bahwa bukan dengan kekuatan seorang wanita mampu mengalahkan pria, karena wanita logikanya pasti kalah. tapi dengan cara lain, lebih anggun, tanpa keringat! dan tanpa harus menunjukkan sikap komite yang paling keren sekalipun!.

Aku tafakkuri berkali-kali kata pelatih itu. Subhanallah, bukan dari penggajian masjid atau majlis "mauidhah hasanah" ini kudapatkan. Tapi dilapangan berumput kering, bibawah langit gerimis dengan keadaan kotor setelah masuk dan Rolling di selokan surabaya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
kadang, bila keadaan membedakan eksistensiku sebagai manusia karena aku wanita, justru para prialah yang memuliakan aku karena menjadi seorang wanita. Feminisme, bagiku adalah paham agar wanita tidak manja! dan selalu merasa mereka lemah. wanita bukanlah komoditas barang yang laku untuk dikawinkan saja. melainkan adalah guru bagi satu generasi,. "Ibu bagaikan madrasah/ sekolah pertama"

Condelecence

I talk to the wind,

Why do they come and leave?

Seeds of human spread like stars, why is that you?

I beg to the earth

To excuse me to run away from this life, bury me alive!

I stare at the sky

What a faint dream I had

I imagine

Why doesn’t let the water sink me with its stream and flows me until your place

When the wildflower is falling down

And the rain isn’t cold anymore

I realize

It’s time to come back

To the source of love, Allah